Pulau Peucang di Ujung Kulon
Pulau Peucang sekarang termasuk wilayah Banten, Palau tidak terlalu luas bisa di jelajahi dengan mudah, luasnya Pulau peucang hanya 450HA, yang paling menarik adalah pemandangan yang amat indah di kawasan ini, suasananya yang sejuk dan menawan, biru langit menyatu dengan biru laut yang bening, di tambah pasir putih yang berarak di kawasan pantai. Palau Peucang bisa di tempuh dengan sangat mudah, dari Jakarta ke tempat ini paling butuh waktu 7 jam. Pulau ini termasuk kawasan taman Nasional Ujungkulon, tidak jauh dari situ ada Pantai Kalejetan, sehingga perjalanan wisata anda bisa dilakukan ke beberapa tempat.
Posisi pulau tersembunyi, seolah-olah berada diantara gerbang masuk dari Sumur (*Pulau terdekat dengan Sumur adalah Pulau Umang) dan gerbang keluar ujung dari Pulau Jawa menuju samudra Hindia. Karena diposisi yang terapit ini, kondisi lautnya menjadi tak berombak, sangat tenang dengan pasir putih yang landai aman untuk berenang. Pasirnya putih, dan gradasi warna laut kehijaun, biru hingga biru tua sangat jernih, dikelilingi oleh hutan.
Di kawasan ini, banyak terdapat hewan liar yang tidak begitu takut lagi dengan kehadiran manusia, mereka sepertinya sudah terbiasa dengan kehadiran manusia, hal ini terlihat jelas kalau ada binatang liar seperti monyet, babi hutan, rusa, mereka tidak lari atau menjauh sebagai mana layaknya di tempat lain.
Pulau ini dinamakan ‘peucang’, sebab berasal dari nama hewan sejenis siput yang kerap ditemukain di pantai. Penduduk setempat biasa menyebutnya ‘mata peucang’. Dalam bahasa Sunda, ‘peucang’ berarti kancil. Tak ada kancil di pulau ini, namun kita dapat bertemu dengan “saudara dekat” kancil, yakni rusa.
Hamparan pantai pasir putih yang luas menjadikan Pulau Peucang sebagai destinasi unggulan di taman nasional tersebut. Berbagai aktivitas air dilakukan di sini, mulai dari berenang, berkano ria, snorkeling, hingga diving.
Bagi yang ingin mencoba pengalaman lain, bisa mencoba trekking menelusuri hutan dan berakhir di Pantai Karang Copong, salah satu spot di Pulau Peucang yang juga kerap dijadikan spot berburu matahari terbenam. Dinamakan demikian sebab dari lokasi ini kita dapat melihat batu karang yang berada di tengah lautan. Bagian karang tersebut bolong (kopong, copong) di tengah.
Di sini kita dapat berinteraksi dengan satwa-satwa liar penghuni pulau. Jadi jangan heran jika sedang asik selonjoran di pantai, tahu-tahu ada rusa melintas. Satwa lain yang kerap terlihat adalah kera dan babi rusa. Jika kurang puas, kita dapat melanjutkan petualangan dengen meyeberang ke Padang Cidaon yang berjarak ± 15 menit dari pulau, untuk dapat mengamati atraksi satwa-satwa penghuni pulau ini secara lebih lengkap. Kawanan banteng, rusa, babi hutan, merak, serta monyet ekor panjang telah menanti di sana. Selain itu, kita dapat mengunjungi bangunan peninggalan kolonial Belanda berupa mercusuar yang juga terdapat di kawasan ini.
Fasilitas yang tersedia di pulau ini tergolong lengkap. Jika ingin menikmati Pulau Peucang lebih lama, akomodasi setara barak hingga hotel tersedia di sini. Harga menginap per malam berkisar antara Rp 150.000 – Rp 750.000. Pusat informasi juga tersedia bagi wisatawan yang membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai obyek-obyek wisata yang ada di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
Posisi pulau tersembunyi, seolah-olah berada diantara gerbang masuk dari Sumur (*Pulau terdekat dengan Sumur adalah Pulau Umang) dan gerbang keluar ujung dari Pulau Jawa menuju samudra Hindia. Karena diposisi yang terapit ini, kondisi lautnya menjadi tak berombak, sangat tenang dengan pasir putih yang landai aman untuk berenang. Pasirnya putih, dan gradasi warna laut kehijaun, biru hingga biru tua sangat jernih, dikelilingi oleh hutan.
Di kawasan ini, banyak terdapat hewan liar yang tidak begitu takut lagi dengan kehadiran manusia, mereka sepertinya sudah terbiasa dengan kehadiran manusia, hal ini terlihat jelas kalau ada binatang liar seperti monyet, babi hutan, rusa, mereka tidak lari atau menjauh sebagai mana layaknya di tempat lain.
Pulau ini dinamakan ‘peucang’, sebab berasal dari nama hewan sejenis siput yang kerap ditemukain di pantai. Penduduk setempat biasa menyebutnya ‘mata peucang’. Dalam bahasa Sunda, ‘peucang’ berarti kancil. Tak ada kancil di pulau ini, namun kita dapat bertemu dengan “saudara dekat” kancil, yakni rusa.
Hamparan pantai pasir putih yang luas menjadikan Pulau Peucang sebagai destinasi unggulan di taman nasional tersebut. Berbagai aktivitas air dilakukan di sini, mulai dari berenang, berkano ria, snorkeling, hingga diving.
Bagi yang ingin mencoba pengalaman lain, bisa mencoba trekking menelusuri hutan dan berakhir di Pantai Karang Copong, salah satu spot di Pulau Peucang yang juga kerap dijadikan spot berburu matahari terbenam. Dinamakan demikian sebab dari lokasi ini kita dapat melihat batu karang yang berada di tengah lautan. Bagian karang tersebut bolong (kopong, copong) di tengah.
Di sini kita dapat berinteraksi dengan satwa-satwa liar penghuni pulau. Jadi jangan heran jika sedang asik selonjoran di pantai, tahu-tahu ada rusa melintas. Satwa lain yang kerap terlihat adalah kera dan babi rusa. Jika kurang puas, kita dapat melanjutkan petualangan dengen meyeberang ke Padang Cidaon yang berjarak ± 15 menit dari pulau, untuk dapat mengamati atraksi satwa-satwa penghuni pulau ini secara lebih lengkap. Kawanan banteng, rusa, babi hutan, merak, serta monyet ekor panjang telah menanti di sana. Selain itu, kita dapat mengunjungi bangunan peninggalan kolonial Belanda berupa mercusuar yang juga terdapat di kawasan ini.
Fasilitas yang tersedia di pulau ini tergolong lengkap. Jika ingin menikmati Pulau Peucang lebih lama, akomodasi setara barak hingga hotel tersedia di sini. Harga menginap per malam berkisar antara Rp 150.000 – Rp 750.000. Pusat informasi juga tersedia bagi wisatawan yang membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai obyek-obyek wisata yang ada di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.