Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rencana Penangkaran Badak Jawa, mungkin kah?

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelematkan Badak Jawa dari kepunahan. Salah satu langkah yang sedang direncanakan adalah dengan mengembangbiakkan Badak Jawa di dalam penangkaran yang lokasinya masih di dalam kawasan Taman Nasional Ujungkulon yaitu di sekitar Gunung Honje.
Mungkinkah hal itu dapat dilaksanakan dengan sukses? mari kita simak apa kata Kepala Balai Taman Nasional Ujungkulon seperti yang dapat anda baca dalam kutipan berita yang dimuat Bisnis Indonesia On Line berikut ini:

Populasi badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, diperkirakan tinggal 50 ekor.
"Populasinya relatif sedikit. Ini karena masa perkembangbiakan hewan ini termasuk sulit, apalagi badak yang ada sebagian besar merupakan pejantan," kata Kepala Balai TNUK Agus Priambudi seusai acara penanaman pohon di kawasan Gunung Honje yang juga masuk dalam wilayah TNUK itu kemarin, seperti dirilis Antara.

Ia menjelaskan belum pernah menemukan adanya perburuan terhadap badak bercula satu itu. Hewan langka itu jika mati dikarenakan usia tua atau sakit.

Badak jawa, katanya, termasuk binatang berusia lama karena bisa hidup hingga 40 tahun. Hewan bercula satu itu hanya hidup di TNUK yang populasinya saat ini sekitar 50 ekor dan di Vietnam tidak lebih 10 ekor, sebagian besar betina.

Guna mengatahui perkembangan populasi hewan langka itu, TNUK bekerja sama dengan berbagai pihak di antaranya WWF (World Wide Fund For Nature) secara rutin melakukan sensus.

Selain itu, juga beberapa wilayah yang mejadi wilayah pergerakan binatang tersebut telah dipasangi kamera pengintai. Jumlah kamera yang terpasang sebanyak 30 unit dan seluruhnya berfungsi.

Untuk melestarikan hewan langka itu, menurut dia, sudah ada donatur dari Amerika Serikat yang siap memberikan bantuan untuk penangkaran pengembangbiakan badak jawa tersebut.

Lembaga swadaya masyarakat (LSM) dunia juga siap membantu seperti dari Executive Director International Rhino Foundation Susie Eliis, Kimsei Vier (Tulsa Zoo), dan Ruchweet (Miami).

Dia menyebutkan penangkaran badak jawa itu yang akan dijadikan taman marga satwa dunia (TMSD) dan difokuskan di Gunung Honje dengan luas 4.000 hektare.

"Jika penangkaran itu berhasil tentu pengunjung bisa melihat langsung kehidupan badak. Sebab, saat ini warga belum mengetahui keberadaan badak jawa tersebut," ujar Agus.

Ia juga menjelaskan, saat ini, spesies badak di dunia ada lima jenis yakni badak hitam (Diceros bicornis), badak putih (Ceratotherium simum), badak india (Rhinoceros unicornis), badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) dan badak jawa (Rhinoceros sondaicus)

Masih diburu

Selain badak jawa, hewan langka lainnya yang juga dilindungi undang-undang, yaitu harimau sumatera, ternyata masih menjadi target perburuan.

Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) menjadi diburu secara liar khususnya di Bengkulu Utara.

Pengkampanye Profauna Radius Nursid, seperti dikutip Antara, menyebutkan sepanjang Maret 2009, terdapat 12 perangkap harimau di kawasan Pusat Konservasi Gajah (PKG) Seblat Kabupaten Bengkulu Utara.

"Survei yang kami lakukan hanya di satu titik, di sekitar PKG Seblat dan ada 12 perangkap harimau yang berhasil ditemukan," katanya.

Radius mengatakan, maraknya perburuan satwa dilindungi, khususnya di PKG Seblat Bengkulu tidak terlepas dari dibukanya jalan poros sepanjang 7 kilometer di kawasan Air Sabai yang semakin mempermudah akses para pemburu untuk berburu satwa secara liar.

Sumber: Bisnis Indonesia on line

6 komentar untuk "Rencana Penangkaran Badak Jawa, mungkin kah?"

Anonim 25 Januari 2010 pukul 19.38 Hapus Komentar
Berapa luas areal penangkaran yang ingin dibuat? Apakah itu berarti badak jawa yang pemalu latas bisa nongol tiap saat ke depan turis? Beda dengan Bina dan Torgamba, pasangan badak sumatera di penangkaran Way Kambas. Mereka mantan penghuni kebun binatang Inggris dan USA, yang tak malu-malu lagi ketemu pengunjung. Jadi tiap saat, mereka menampakkan dirinya ke hadapan kita. Nah, badak jawa,si pemalu yang biasa liar, apa bisa begitu? Salam, heryus saputro (ada yang tahu dimana Mang E-eng alias Chaerudin R. Sadjudin?)
Freelancer 26 Januari 2010 pukul 22.14 Hapus Komentar
Hallo pak Heryus, terus terang saya sendiri kurang setuju atas rencana tersebut karena alasan keamanan dan keselamatan badak yang pasti lebih terancam tangan-tangan jahil yang tak bertanggung jawab. Sampai hari ini saya belum mendapat jejak pakar Badak Jawa itu berada. Adakan yang tahu? Tolong ya kalo ada yang tahu, hubungi pak Heryus melalui blog ini. Terimakasih
heryussaputro blog 28 Januari 2010 pukul 12.08 Hapus Komentar
Chaerudin R. Sadjudin dulu anggota Biological Scient Club (B.Sc.C) Universitas Nasional, Jakarta. Meneliti badak jawa di tahun 1978-an untuk bahan skripsi S1-nya. Terakhir ia aktif (kalau tak salah) yayasan Rhinoceros Indonesia. Saya punya kenangan bersamanya: tahun 1978 di Muara Cigenter, UK, kami sempat di'terkam' harimau kumbang yang terluka (karena baru saja 'bertengkar' dengan seekor biawak besar). Pada masa itu, Taman Nasional Ujung Kulon dipimpin oleh pak Widodo (terakhir saya ketemu beliau di Taman Nasional Komodo, beberapa bulan lalu). jadi, kalau-kalau ada yang jumpa dengan Mang E'eng or Chaerudin R. Sadjudin, please...kasih tahu saya, hahaha...!
Unknown 7 Maret 2014 pukul 09.21 Hapus Komentar
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown 8 Maret 2014 pukul 14.33 Hapus Komentar
terima kasih atas informasinya..
semoga bermanfaat bagi kita semua suspensi Mobil

sukses selalu
Unknown 7 April 2014 pukul 15.09 Hapus Komentar
Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga

kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
keep update!Harga Honda CB150R 2014