Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Banteng vs Badak Jawa

Populasi Banteng dan Badak Jawa yang semakin hari semakin mengkhawatirkan sudah lama jadi perhatian Pemerintah dan masyarakat Indonesia bahkan para Negara Sahabat khususnya para pecinta binatang, agar tidak punah, Banteng Jawa dan Badak Jawa sudah lama di lindungi di Taman Nasional Ujung Kulon. Banteng dan Badak adalah sama-sama pemakan rumput hal inilah yang membuat Banteng dan Badak saling berebut daerah kekuasaan untuk mendapatkan makanan/rumput. Sementara luas taman Nasional Ujungkulon tidak bisa di perluas lagi, malah sebaliknya, semakin menyempit akibat dari pertambahan jumlah penduduk.


Menurut Kepala Taman Nasional Ujung Kulon, Agus Priambudi, saat ini populasi Badak Jawa di Ujung Kulon sejak 20 tahun terakhir berkisar 60 ekor, sedangkan Banteng mencapai ribuan ekor. "Ini tak seimbang," katanya saat acara Workshop Jejaring Kerja Peduli Ujung Kulon, Selasa (15/7) di Serang.

Menurut Agus, ancaman kepada komunitas Badak tersebut bukan berupa pertarungan antar keduanya, melainkan berebut makanan. "Jenis makanannya sama tumbuh-tumbuhan, sedang arealnya tak bertambah, badak sering mengalah" katanya.

Total luas daratan dan perairan di TNUK adalah 120 ribu hektar, dari seluas itu hanya sekitar 30 ribu hektar yang didiami badak, keberadaan binatang bercula satu itu kini terancam dengan semakin berkembangnya hewan lain seperti banteng, babi hutan dan rusa. "Tapi yang paling mendoninasi sekarang Banteng," kata Project Leader World Wide Foundation (WWF) Indonesia, Adhi Rachmat Hariyadi.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Yanuar menambahkan, pihaknya berencana memindahkan komunitas Banteng liar itu ke Pulau Panaitan, yang berlokasi disebelah barat Ujung Kulon. "Kami pikirkan teknisnya," kata dia.